Jumat, 27 April 2012

RESENSI FILM PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN


Starring               :
Revalina S Temat, Oka Antara, Widyawati, Joshua Pandelaki, Leroy Osmani, Cici Tegal, Ida Leman, Pangki Suwito, Risty Tagor, Berliana Febrianti, Reza Rahardian
Screenplay By    : Ginatri S Noer, Hanung Bramantyo
Directed By         : Hanung Bramantyo
Produced By      : Starvision
Plot Outline        : Sinopsis Film


Perempuan Berkalung Sorban

Perempuan Berkalung Surban merupakan sebuah film yang membangun, wanita yang seharusnya memiliki hak yang sama dan sederajat posisinya akan tetapi tuntunan dalam agama islam tetap dijalankan.
Kisah berawal dari sebuah pesantren Al-Huda di Jawa Timur milik Kyai Hanan (Joshua Pandelaky) pada tahun 80-an. Anissa (Nasya Abigail)  seorang wanita dari anak ke 3 dari sang kyai berada dalam satu lingkungan pesanten lainnya. Saat Anissa berumur sepuluh tahun, dia ingin menunggangi kuda seperti kedua saudara laki-lakinya. Namun, dia dilarang oleh kedua orang tuanya, karena dia seorang perempuan. Hanya ada Khudori (Oka Antara), paman dari pihak Ibu, yang selalu menemani Anissa. Menghiburnya sekaligus menyajikan ‘dunia’ yang lain bagi Anissa.
Anissa merasa tidak nyaman berada dilingkungan pesantren tersebut. Dalam pesantren Salafiah putri Al Huda diajarkan bagaimana menjadi seorang perempuan muslim dimana pelajaran itu membuat Anissa beranggapan bahwa Islam membela laki-laki, perempuan sangat lemah dan tidak seimbang. Baginya ilmu sejati dan benar hanyalah Qur’an, Hadist dan Sunnah. Buku modern dianggap menyimpang apalagi buku tentang percintaan, puisi atau cerita-cerita seperti novel.
Keinginannya yang kuat menuntut ilmu setinggi-tingginya membuat Anissa diam-diam mendaftarkan dirinya ke universitas yang ada di Yogjakarta tanpa sepengetahuan ayah dan bunda dan diterima. Akan tetapi usahanya sia-sia karena Anissa tidak diijinkan, alasan akan menimbulkan fitnah, ketika seorang wanita derada sendirian jauh tanpa orangtua.
Tanpa sepengetahuan Anissa, Kyai sudah menjodohkan dengan Samsudin (Reza Rahadian). Tolakan Anissa tidak dapat menggagalkan pernikahan tersebut. Anissa diam-diam memendam perasaan terhadap pamannya. Sekalipun hati Anissa berontak, tapi pernikahan itu dilangsungkan. Kenyataan setelah beberapa bulan Samsudin menikah lagi dengan Kalsum (Francine Roosenda). Harapan untuk menjadi perempuan muslimah yang mandiri bagi Anissa seketika runtuh.
Lambat laun hati Anissa tidak sanggup jika dimadu, tanpa berfikir lagi dia kembali ke pesantren. Dia tidak ingin berlarut terus menerus dalam kesedihan, keinginan untuk kembali berkuliah. Dia sudah bertekat dan akhirnya menjalani kehidupan di Jogja.
Kisah cintanya akhirnya dapat dipersatukan, Anissa menikah dengan Khudori. Setelah beberapa tahun dia dan pamannya kembali kepesantren. Anissa berjuang ingin menegakkan bahwa ilmu yang ada diperpustakaan pesantren tidak seharusnya hanya Qur’an, Hadist dan Sunnah akan tetapi ilmu yang lain juga dapat bermanfaat untuk perkembangan psikologi santriwati. Meskipun bukunya ditolak dan dibakar dihadapannya Anissa tidak menyerah untuk itu semua. Di bantu oleh suaminya dengan seiringnya waktu akhirnya koleksi yang dimiliki Anissa bisa diterima oleh pengurus-pengurus pesantren.   Perpustakaan yang ada  masih menggunakan atau bertipe  perpustakaan tradisional. Perpustakaan tersebut belum mengenal dengan adanya teknologi informasi. Koleksi yang ada sangatlah banyak dan tertata rapi. Ruang baca yang masih terbatas membuat santriwati banyak yang meminjam jika ingin membacanya. Akan tetapi bisa terwujudnya koleksi yang modern merupakan suatu nilai plus untuk pesantren tersebut. Sehingga santriwati dapat mengenal dunia luar selain berkeliat pada ilmu tertentu saja. Selain itu derajat antara wanita dan laki-laki dapat seimbang tidak ada perbedaan lagi antara wanita dan laki-laki jika ingin menuntut ilmu semapu dan semaunya prestasi setiap manusia.

Komentar saya :
Ilmu yang kita dapat tidak harus terpaut pada Qur’an, Hadist dan Sunnah akan tetapi perkembangan zaman yang modern menciptakan ilmu-ilmu pengetahuan yang lain dapat bermanfaat juga. Film tersebut menurut saya sangat bagus dimana perjuangan seorang wanita yang ingin menciptakan perpustakaan yang modern. Bagitu kuatnya wanita tersebut berjuang meskpun banyak halangan dan tantangan yang harus dihadapinya. Demi memperjuangkan untuk menciptakan perpustakaan tersebut. Perpustakaan yang lebih berkembang dan menambah wawasan akan dunia ilmu pengetahuan yang luas. Selain itu film tersebut memberi makna bahwa perpustakaan bisa menjadi tempat hiburan atau refresing dengan membaca cerita-cerita seperti novel, puisi atau cerpen-cerpen yang bermanfaat.
Realita bahwa perkembangan teknologi yang semakin maju sebagai sumber penyedia informasi sebagai contoh internet harus diimbangi dengan perkembangan perpustakaan yang berperan sebagai penyedia informasi di era global. Bagaimanapun perpustakaan sebagai lembaga pengelola informasi tertua tidak boleh ketinggalan dengan adanya banyak mesin pencari informasi di internet. Namun sebaliknya perpustakaan harus bisa memanfaatkan internet sebagai media dalam menyebarkan informasi yang dimilikinya. Untuk pustakawan saat ini dituntut untuk memiliki ketrampilan, kecerdasan, interaktif. Pustakawan di era teknologi informasi seperti sekarang ini harus memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Pustakawan dituntut agar kreatif dan trampil  karena dengan adanya persaingan teknologi sehingga perpustakaan harus bisa ikut berkembang agar tidak ditinggalkan oleh pemustaka dengan perkembangan zaman.
Kualitas pemustaka sangatlah penting skill yang dimiliki seorang pustakawan akan diperhatikan. Pustakawan mampu dan mempunyai skill dibidang komputer, selain itu pustakawan mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan


2 komentar: